215.
Hal pertama kali yang dirasakan Jenar saat membuka matanya adalah wangi bau obat-obatan yang menelusup masuk ke dalam indera penciumannya serta kepala pening yang tiada tara. Pandangannya menerawang, menatap kondisi ruangan yang diyakini adalah kamar rumah sakit tempatnya sekarang berada.
Di dalam ruangan hanya orang yang dikenalnya. Michel yang duduk di sofa dengan memangku anak kecil berjenis kelamin laki-laki dan Krystal yang duduk di sampingnya dengan anak perempuan cantik yang seumuran dengan anak laki-laki di pangkuan Regina kini. Ada hal yang janggal saat tidak menemukan orang yang selama ini dia cintai. Amerta Kinania Seflora. Perempuan itu tidak ada di sisinya saat ia membuka mata.
Sekelebat memori menghujaminya, membuatnya sedikit mendesis karena pening di kepalanya lebih terasa berkali-kali lipat.
“Kenapa, Jen?” tanya Krystal dengan raut yang khawatir.
“Kinan di mana?” tanya Jenar seraya mendudukkan badannya di atas brankar.
Krystal memejamkan matanya sebentar. Ia kembali menatap Jenar dengan wajahnya yang penuh kebingungan.
“Kak, Kinan di mana?” tanya Jenar lagi dengan suara yang cukup pelan.
Hati Krystal mendadak ngilu. Adiknya telah kembali mengingat masa lalunya. Ingatan Jenar telah kembali setelah bertahun-tahun lamanya. Lidah Krystal mendadak kelu untuk menjawab.
Michel yang sedari tadi bergurau dengan Keandra pun menghampirinya. “Sayang, ada yang sakit?”
Jenar menarik napas. Semuanya terlalu membingungkan. Sosok Michel yang ada di ruangan ini dan memanggilnya sayang.
“Je—“
“GUE BILANG DI MANA KINAN?!” teriak Jenar membuat kedua perempuan itu terjengkit kaget.
Aluna—anak Krystal— yang tadinya sedang berada di dekapan ibunya pun lantas beranjak karena takut dengan teriakan Jenar.
“Kinan…”
“Kak…” Jenar tidak lagi memperdulikan dunyutan nyeri di kepalanya. Yang dia mau hanya Kinan untuk ada di sampingnya.
“Kinan pergi ninggalin kamu.” kata Michel enteng.
Emosi Jenar yang kian membuncah tertahan sejenak saat Keandra berlari menghampirinya. “Papa.” panggil Keandra dengan senyuman di pipi gembulnya.
“Papa?” ulang Jenar kebingungan.
“Hem, anak kita.” balas Michel tenang. “Keandra, sini sama Papa.” lanjutnya.
Dunia Jenar runtuh saat itu juga. Ia menundukkan badannya sambil memegangi kepalanya yang masih nyeri.
“Sayang, are you—“
“Pergi.”
“Aku mau temenin ka—“
“GUE BILANG PERGI!” teriak Jenar lagi. “Kak, lo juga pergi. Gue butuh waktu sendiri.”
Krystal menangguk dan keluar dengan anaknya yang disusul oleh Michel. Keandra yang mendengar amukan papanya pun menangis digendongan mamanya.
Netra Jenar menagkap kalender yang ada di atas nakas. Minggu, 15 November 2026. Itu artinya sudah empat tahun ia hidup tanpa Kinan.
“ARGH! Brengsek!” desis Jenar bersamaan dengan air matanya yang luruh.
Hatinya terlalu ngilu untuk menerima kenyataan pahit untuknya. Jenar kembali menumpahkan air matanya. Rasanya Tuhan telah mempermaikannya selama ini. Dia kehilangan wanita kesayangannya dan berakhir menikahi Michel, wanita yang justru telat membuatnya luka di masa lalunya.