Surat yang Baru Sampai.
Untuk Jenar, lelaki yang dipuja akan parasnya yang rupawan.
Hari itu, aku melihatmu dengan senyuman yang berbinar. Semua orang pun tahu kalau itu kamu, Jenardi Agarlya dari keluarga Nasution. Aku juga tahu kalau semua perempuan berebut hanya untuk mendapatkan perhatianmu dan nyaliku kecil untuk itu.
Dan satu hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya adalah ketika mata kita bertemu untuk pertama kalinya. Seolah isyarat, manik hazelmu yang indah dipadukan dengan senyuman dimple yang manis membuatku semakin berdebar. Gila kiranya dalam angan aku bisa memilikimu.
Hingga suatu keaijaban menjawab doa-doaku. Aku menemukan flashdisk-mu. Dan ternyata kamu sengaja menjatuhkannya tepat di hadapanku. Dari awal hanya sebatas angan, sampai akhirnya bisa aku genggam.
Empat tahun kita melewati semuanya. Dengan banyak sekali badai tapi kamu tetap menjadi terumbuk karang yang kokoh untukku yang serapuh bunga dandelion. Kamu membisikkan kalimat cinta yang seolah adalah kalimat sihir yang mampu membuatku berdiri kuat hingga sekarang. Empat tahun yang benar-benar membuatku jatuh cinta hingga tidak bisa berpaling dengan siapapun selain dirimu.
Kak Jenar, jika ingin serakah, aku menginginkan kalau kita bisa menua bersama. Rambut beruban, menyeduh teh di depan teras rumah, bergantian dengan kursi goyang, menyulamkanmu baju hingga matahari beringsut tergantikan senja. Tapi ternyata Tuhan tidak mengizinkan aku untuk menjadi umat-Nya yang serakah. Semesta kembali merebutmu dalam pelukan hangatku, menyisakan dinginnya hari-hariku yang kesepian tanpamu. Merindukanmu hingga membuatku benar-benar sesak. Apalah daya, aku hanya seorang hamba yang tidak akan melawan takdir sang Pencipta.
Dan sampai detik pun ini, hanya kamu yang masih aku cinta.
Bertanda,
Amerta Kinania Seflora, orang yang pernah singgah dipelukan hangatmu.